1. 2.

15 Juni 2010

Ratusan Umat Budha Rayakan Waisak di Candi Jiwa Karawang

Karawang - Ratusan umat Budha menggelar perayaan Puja Bhakti Waisak 2554 Budhist Era (BE) atau 2010 Masehi di Candi Jiwa dan Candi Blandongan. Minggu (6/6), Karawang. Bupati Karawang, Drs. H. Dadang S. Muchtar, Direktur Jendral Bimas Buddha, Budi Setiawan, serta Bikhu Uttamo Mahathera dari Sangha Theravada Indonesia turut hadir dalam peringatan tersebut.

Ratusan umat Budhha tersebut tidak hanya berasal dari Kabupaten Karawang, melainkan juga dari berbagai kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten. Mereka memadati pelataran Candi Jiwa dan Blandongan sejak pagi hingga sore hari. Selain memanjatkan doa, mereka juga melakukan beberapa ritual keagamaan di candi tersebut.

Bagi umat Buddha, waisak merupakan salah satu momentum untuk mawas diri, sekaligus mengenang tiga peristiwa agung yangn dialami oleh Bodhisatva Sidharta Gotama. Tiga peristiwa agung tersebut adalah kelahiran Bodhisatva Sidharta Gotama di Taman Lumbini, pencerahan Bhodisatva Sidharta Gotama menjadi Budhha di bawah pohon Bodhi di Budhagaya, serta Samma Sambuddha Parinibbana atau wafatnya sang Buddha di Kusinara.

Bikhu Uttamo Mahathera dalam Dhammadesana nya mengingatkan umat Buddha untuk senantiasa berpikir positif, dan terus berusaha untuk menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Hal ini karena dengan berpikir positif dan terus berusaha maka kita akan mencapai kedamaian, sebagaimana filosofi yang bisa ditarik dari sebuah pohon pisang maupun kopi.

Menurut Bikhu Uttamo, pohon pisang tidak akan mati meskipun ia ditebang, dipotong, atau dirajah, melainkan ia akan terus tumbuh dan bertunas. Namun demikian, pohon pisang tersebut baru akan mati bila telah berbuah. ”Oleh karena itu, kita selaku umat manusia perlu menjadikan teladan dari pohon pisang yang hanya akan mati bila telah berbuah atau memberikan manfaat bagi orang lain,” imbuhnya.

Selain itu, lanjut Bikhu Uttamo, umat manusia pun perlu meneladani filsafat dari sebuah kopi, wortel, dan telur. Bila masing-masing benda tersebut dimasukkan kedalam air panas, maka wortel yang keras akan menjadi lunak, dan telur yang dalamnya lunak akan menjadi keras. Akan tetapi bila kopi yang dimasukkan kedalam air panas tersebut, maka seisi ruangan akan menjadi harum, dan air kopi tersebut tentunya akan terasa nikmat bila diminum.

Bikhu Uttamo melanjutkan hal itu pun dapat dijadikan pedoman bagi umat manusia dalam menjalankan kehidupan. Permasalahan kehidupan ibarat air panas, dan terserah pada diri kita masing-masing apakah ingin menjadi wortel, telur atau kopi. “Menjadi kopi tentunya lebih baik karena kita akan dapat menjadikan permasalahan hidup lebih damai dan lebih bermanfaat,” tambahnya.

Bupati Dadang S. Muchtar mengatakan bahwa Peringatan Waisak di Candi Jiwa serta kehadirannya dalam kegiatan tersebut adalah salah satu upaya untuk memotivasi masyarakat, khususnya warga Karawang dan ummat Buddha untuk melestarikan peninggalan dan budaya leluhur. “Terlebih Kabupaten Karawang sendiri merupakan daerah yang memiliki banyak potensi wisata alam, histories, dan religius,” tambahnya.

Di sisi lain, menyikapi apa yang disampaikan oleh Bikhu Uttamo Mahathera, Bupati berharap dirinya dapat turut meneladani falsafah dari pohon pisang dan kopi. “Saya sangat menghargai apa yang disampaikan oleh Bikhu Uttamo, beliau ternyata merupakan seorang motivator yang hebat, dan mampu mengambil contoh-contoh dari kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.

Dirjen Bimas Buddha Budi Setiawan mengatakan, siapa yang dapat menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain selama hidupnya, maka dialah yang akan menjadi pemenang dalam kehidupan. “Untuk itu mari kita instropeksi apakah kita sudah bermanfaat bagi orang lain di sekitar kita sehingga kehidupan kita dapat menjadi lebih bermakna,” tambahnya.

Candi Jiwa sendiri merupakan candi Buddha tertua di Indonesia yang terletak di Desa Segaran, Kecamatan Batujaya, Kabupaten Karawang. Candi tersebut diperkirakan dibangun sekitar abad keempat masehi, atau dua abad lebih tua sekitar dua abad dari Candi Borobudur di Magelang. Candi Jiwa memiliki candi-candi lain di sekitar, dimana candi lain yang cukup besar adalah Candi Blandongan. Berdasarkan penelitian para ahli, diperkirakan masih terdapat benda-benda peninggalan purbakala lainnya dalam radius 500 hektar dari Candi Jiwa.( A. Jun / Junaedi )

Staff Redaksi

Hendrik S (Polda Metro Jaya) (Jaksel) Robin S (Jaktim) Ramdani BE (Jakpus) (Jakut) Biro Bekasi :Sepmi R (Kabiro) , Joni Sitanggang, Binton Juntak, Mustofa, Ringan Simbolon, Haerudin, Herman Sitanggang, Mulayadi TH, Togar S, Banjarnahor, Syafi'i M, Biro Kab.Bogor :(Kabiro) Depok : Radot S, (Kabiro), Karawang : Ade Junaidi (Kabiro), Rihas Purnama YM, Edi Askam, Mustamir, Otong, Wawan, Junaedi, Sopyan Junior, Mumuh MuhamadMursid. Perwkln Jabar: Idris C.Pasaribu (Ka Prwkl), Ungkap M, Deni Ridwan, Parasman. Biro Cimahi : Martunas S. Prwkln Lampung : (Ka.Prwkln) Kab Tanggamus : (Ka.Prwkl), Biro Tanjabbar :Hasbullah, Biro Kab/Kota Siantar : Buhardo Siahaan.Sulselbar : Fadly Syarif